Di malam Nisfu Sya’ban yuk ke masjid baca Surat Yasin, Asmaul Husna, Dzikir lainnya!
Oh iya, lupa kalau malam ini malam nisfu Sya’ban yah …
Memang baca surat Yasin itu baik.
Menyebut asma Allah itu pun baik.
Memuji Allah itu juga baik.
Lalu malam Nisfu Sya’ban …
Bulan Sya’ban itu bulan “qabliyah” sebelum Ramadhan.
Bulan Sya’ban itu bulan kita diingatkan untuk tidak lalai ibadah.
Malam Nisfu Sya’ban dikatakan dalam hadits adalah malam yang mulia.
“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Namun sebagian ulama menganggap hadits ini dha’if (lemah).
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits yang menjelaskan keutamaan malam nisfu Sya’ban ada beberapa. Para ulama berselisih pendapat mengenai statusnya. Kebanyakan ulama mendhaifkan hadits-hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan sebagian hadits tersebut dan beliau masukkan dalam kitab shahihnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 245).
Taruhlah malam Nisfu Sya’ban itu malam yang mulia …
Mau beramal tentu harus memakai tuntunan di malam Nisfu Syaban.
Kita punya Nabi bukan?
Nabi itu jadi panutan dan tuntunan, setuju kan?
Malam Nisfu Sya’ban sebenarnya sama dengan malam lainnya …
Masa sih?
‘Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah pernah ditanya mengenai turunnya Allah pada malam Nisfu Sya’ban, lantas beliau pun memberi jawaban pada si penanya, “Wahai orang yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah malam nisfu Sya’ban?! Perlu engkau tahu bahwa Allah itu turun di setiap malam (bukan pada malam nisfu Sya’ban saja, -pen).” Dikeluarkan oleh Abu ‘Utsman Ash Shobuni dalam I’tiqod Ahlis Sunnah (92).
Kalau kita biasa shalat tahajud di luar nisfu Sya’ban, nilainya tetap sama dengan shalat tahajud di malam nisfu Sya’ban.
Terus baca Yasinnya nanti malam bagaimana?
Kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, Umar, Usman dan ‘Ali mengamalkan surat Yasin, pasti kita tahu haditsnya.
Paham kan kita punya panutan?
Orang yang cerdas pasti bisa memikirkan bahwa ia tak boleh melangkahi nabinya dalam beramal.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Ini kita bicara agama, bukan bicara dunia.
Perihal dunia, silakan berinovasi.
Namun untuk masalah ibadah, jadikanlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan.
Semoga Allah beri hidayah dan taufik untuk menggapai ridha Allah pada kita semua …
—
14 Sya’ban 1437 H @ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam